SOSIAL BUDAYA

Published Mei 15, 2012 by centauryonly

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak berubah. Sejak timbulnya sosiologi, maka ilmu tersebut berkaitan erat dengan filsafat sejarah dan penafsiran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat di Eropa dalam abad ke-18 dan juga pada abad ke-19.

Masyarakat manusia di manapun tempatnya pasti mendambakan kemajuan dan peningkatan kesejahteraan yang optimal. Kondisi masyarakat secara obyektif merupakan hasil tali temali antara lingkungan alam, lingkungan sosial serta karakteristik individu. Ketiga-tiganya selalu berhubungan antara satu sama lain sehingga membentuk sebuah bangunan masyarakat yang dapat dilihat sebagai sebuah realitas sosial. Perjalanan panjang dalam rentangan periode kesejarahan telah mengajak masyarakat manusia menelusuri hakikat kehidupan dan tata cara kehidupan yang berkembang pesat. Kemampuan akal budi sebagai instrumen unggulan manusia telah melahirkan beraneka ragam karya cipta melesat melampaui aspek-aspek material dilingkungan luarnya. Dengan demikian, senjata pamungkas tersebut rupanya berperan besar menafsirkan realitas sosial yang selama ini dipandang sebagai kenyataan alamiah yang steril dari kemungkinan intervensi kekuatan manusia. Kiranya semenjak diakuinya kemampuan akal mengungkap kekuatan alam, secara perlahan-lahan kalangan pemikir mulai melirik masyarakat sebagai obyek yang mampu dipahami gejala-gejalanya lalu dikendalikan dan disusun rekayasa sosial berdasarkan pemahaman menyeluruh tentang kondisi obyektif msayarakat tersebut.

Lahirnya ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi manandai bahwa masyarakat sebagai kenyataan kini dipahami seperti sebuah benda yang bisa “diutak-atik”. Begitu pula tentang perubahan sosial, terlepas dari berbagai definisi perubahan sosial, pada hakikatnya telah mampu mengungkap hukum-hukum dan antisipasi proses-proses sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap peradaban manusia.

PEMBAHASAN

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat merupakan sesuatu yang wajar dan akan terus terjadi selama manusia saling berinteraksi dan bersosialisasi. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan unsur-unsur
dalam kehidupan masyarakat baik yang bersifat material maupun immaterial sebagai cara untuk menjaga keseimbangan masyarakat dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis. Beberapa sosiolog berpendapat bahwa penyebab terjadinya perubahan sosial karena adanya kondisi-kondisi sosial
primer seperti kondisi geografis, ekonomis, teknologis, maupun biologis.

  1. A.           Pengertian Perubahan Sosial Budaya
    1. 1.        Menurut Selo Soemardjan

Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk di dalam nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat

  1. 2.        Menurut Koenig

Perubahan sosial merujuk pada modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia

  1. 3.        Menurut Gillin dan Gillin

Perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk dan ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat.

 

 

  1. 4.        Menurut Hans Garth dan C. Wright Mills

Perubahan sosial adalah apapun yang terjadi dalam kurun waktu tertentu terhadap peran, lembaga, atau tatanan yang meliputi struktur sosial

Jadi, dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Perubahan Sosial Budaya adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam masyarakat pada kurun waktu tertentu yang berupa perubahan cara hidup maupun pola-pola kehidupan masyarakat tersebut yang disebabkan baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk dan ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat.

 

  1. B.       Proses Perubahan Sosial Budaya

Nilai-nilai kebudayaan bukanlah hanya sekadar dipindahkan dari satu bejana ke bejana berikut yaitu kepada generasi mudanya, tetapi dalam proses interaksi antara pribadi dengan kebudayaan betapa pribadi merupakan agen yang kreatif dan bukan pasif. Di dalam proses pembudayaan terdapat pengertian seperti discovery, invensi, difusi kebudayaan, akulturasi, asimilasi, inovasi, modernisasi, serta banyak lagi terminologi lainnya. Beberapa proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

  1. Discovery atau penemuan

Suatu penemuan berarti menemukan sesuatu yang sebelumnya belum dikenal tetapi telah tersedia di alam sekitar atau di alam semesta ini. Misalnya di dalam sejarah perkembangan umat manusia terjadi penemuan-penemuan dunia baru sehingga pemukiman manusia menjadi lebih luas dan berarti pula semakin luasnya penyebaran kebudayaan. Selain itu, di dalam penemuan dunia baru akan terjadi difusi atau proses lainnya mengenai pertemuan kebudayaan-kebudayaan tersebut. Discovery sendiri akan berubah menjadi invention jika masyarakat sudah mengakui, menerima, serta menerapkan penemuan baru tersebut.

 

  1. Invention

Invention atau invensi adalah penemuan sebagai inovasi dan kelanjutan dari suat discovery. Atau suatu kombinasi baru dan cara penggunaan baru dari pengetahuan yang sudah ada. Konsep tersebut merupakan proses terpenting dalam pertumbuhan dan kebudayaan. Hal itu mengingat tanpa invensi, suatu budaya akan mati. Istilah invensi lebih terkenal di dalam bidang ilmu pengetahuan. Dengan invensi maka umat manusia dapat menemukan hal-hal yang dapat mengubah kebudayaan. Dengan penemuan-penemuan melalui ilmu pengetahuan maka lahirlah kebudayaan industri yang telah menyebabkan suatu revolusi kebudayaan terutama di negara-negara barat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat telah membuka horizon baru di dalam kehidupan umat manusia. Ilmu pengetahuan berkembang begitu cepat secara eksponensial sehingga apa yang ditemukan hari ini mungkin besok telah usang.

 

  1. Difusi

Difusi adalah proses penyebaran suatu unsur budaya kepada orang lain dan suatu kelompok masyarakat kedalam masyarakat lainnya. Difusi kebudayaan berarti pembauran dan atau penyebaran budaya-budaya tertentu antara masyarakat yang lebih maju kepada masyarakat yang lebih tradisional. Pada dasarnya setiap masyarakat setiap jaman selalu mengalami difusi. Hanya saja proses difusi pada jaman yang lalu lebih bersifat perlahan-lahan. Namun hal itu berbeda dengan sekarang dimana abad komunikasi mampu menyajikan beragam informasi yang serba cepat dan intens, maka difusi kebudayaan akan berjalan dengan sangat cepat.

Bagaimanapun juga di dalam masyarakat sederhana sekalipun proses difusi kebudayaan dari barat tetap menyebar. Hal itu dapat dibuktikan melalui pengamatan Margaret Mead dalam Tilaar (1999) yang meneliti masyarakat di kepulauan pasifik. Beberapa waktu setelah pengamatan Mead terhadap masyarakat tersebut telah terjadi perubahan masyarakat yang cukup berarti. Apa yang ditemukan oleh Margaret Mead dari suatu  masyarakat yang tertutup dan statis ketika beliau kembali telah menemukan suatu masyarakat yang terbuka yang telah mengadopsi unsur-unsur budaya Barat.

Difusi ada dua yaitu:

  1. Difusi Primer adalah penyebarluasan unsur-unsur kebudayaan baru dalam masyarakat asal kebudayaan tersebut.
  2. Difusi Sekunder adalah proses penyebarluasan unsur-unsur kebudayaan suatu masyarakat kedalam masyarakat lain.

 

  1. Akulturasi

Salah satu bentuk difusi kebudayaan ialah akulturasi. Akulturasi adalah proses pertemuan unsur-unsur dari berbagai kebudayaan yang bersedia yang dikuti dengan pencampuran unsur-unsur tersebut. Misalnya proses pencampuran dua budaya atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi. Dalam proses ini terjadi pembaruan budaya antarkelompok atau di dalam kelompok yang besar.

Dewasa ini misalnya unsur-unsur budaya Jawa telah masuk di dalam budaya sistem pemerintahan di daerah. Nama-nama petugas negara di daerah telah  mengadopsi nama-nama pemimpin di dalam kebudayaan Jawa seperti bupati, camat, lurah, dan unsur-unsur tersebut telah disosialisasi dan diterima oleh masyarakat luas. Begitu pula terjadi akulturasi unsur-unsur budaya antarsub-etnis di Nusantara ini. Proses akulturasi tersebut lebih dipercepat dengan adanya sistem pendidikan yang tersentralisasi dan mempunyai kurikulum yang uniform.

 

 

 

  1. Asimilasi

Asimilasi adalah suatu penyesuaian atau peleburan sifat-sifat asli yang dimiliki oleh suatu masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda. Proses asimilasi dalam kebudayaan terjadi terutama antar-etnis dengan sub-budaya masing-masing. Kita lihat misalnya unsur etnis yang berada di Nusantara kita ini dengan sub-budaya masing-masing. Selama perjalanan hidup negara kita telah terjadi asimilasi unsur-unsur budaya tersebut. Biasanya proses asimilasi dikaitkan dengan adanya sejenis pembauran antar-etnis masih sangat terbatas dan kadang-kadang  dianggap tabu. Namun dewasa ini proses asimilasi itu banyak sulit dihilangkan. Apalagi hal-hal yang membatasi proses prejudis, perbedaan agama dan kepercayaan dapat menghalangi suatu proses asimilasi yang cepat. Di dalam kehidupan bernegara terdapat berbagai kebijakan yang mempercepat proses tersebut, ada yang terjadi secara alamiah ada pula yang tidak alamiah. Biasanya proses asimilasi kebudayaan yang terjadi di dalam perkawinan akan lebih cepat dan lebih alamiah sifatnya.

 

  1. Inovasi

Inovasi merupakan pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang ada. Inovasi mengandalkan adanya pribadi yang kreatif. Dalam setiap kebudayaan terdapat pribadi-pribadi yang inovatif. Dalam masyarakat yang sederhana yang relatif masih tertutup dari pengaruh kebudayaan luar, inovasi berjalan dengan lambat. Dalam masyarakat yang terbuka kemungkinan untuk inovasi menjadi terbuka karena didorong oleh kondisi budaya yang memungkinkan. Oleh sebab itu, di dalam masyarakat modern pribadi yang inovatif merupakan syarat mutlak bagi perkembangan kebudayaan. Inovasi merupakan dasar dari lahirnya suatu masyarakat dan budaya modern di dalam dunia yang terbuka dewasa ini. Inovasi kebudayaan di dalam bidang teknologi dewasa ini begitu cepat dan begitu tersebar luas sehingga merupakan motor dari lahirnya suatu masyarakat dunia yang bersatu.

Di dalam kebudayaan modern pada abad teknologi dan informasi dalam millennium ketiga, kemampuan untuk inovasi merupakan ciri dari manusia yang dapat survive dan dapat bersaing. Persaingan di dalam dunia modern telah merupakan suatu tuntutan oleh karena kita tidak mengenal lagi batas-batas negara. Perdagangan bebas, dunia yang terbuka tanpa-batas, teknologi komunikasi yang menyatukan, kehidupan cyber yang menisbikan waktu dan ruang, menuntut manusia-manusia inovatif. Dengan sendirinya wajah kebudayaan dunia masa depan akan lain sifatnya. Betapa besar peranan inovasi di dalam dunia modern, menuntut peran dan fungsi pendidikan yang luar biasa untuk melahirkan manusia-manusia yang inovatif.

 

  1. Modernisasi

Pada dasarnya setiap masyarakat menginginkan perubahan dari keadaan tertentu kearah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan yang lebih mju dan makmur. Keinginan akan adanya perubahan itu adalah awal dari suatu proses modernisasi.

Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju pada suatu masysrakat yang modern.

 

  1. C.      Teori Perubahan Sosial Budaya

Beberapa teori yang menjelaskan penyebab terjadinya perubahan sosial antara lain sebagai berikut.

  1. a.         Teori evolusi (evolutionary theory)

Tokoh yang berpengaruh pada teori ini adalah Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies. Durkheim berpendapat bahwa perubahan karena evolusi mempengaruhi cara pengorganisasian masyarakat, terutama yang berhubungan dengan kerja. Adapun Tonies memandang bahwa masyarakat berubah dari masyarakat sederhana yang mempunyai hubungan erat dan kooperatif menjadi tipe masyarakat besar yang memiliki hubungan terspesialisasi, terpecah-pecah, terasing, dan mengalami lemahnya ikatan sosial. Hal itu terjadi dalam masyarakat perkotaan. Teori ini hanya menjelaskan mengenai terjadinya perubahan tanpa mampu menjelaskan mengapa masyarakat berubah.

 

  1. b.        Teori konflik (conflict theory)

Tokoh dalam teori ini adalah Ralf Dahrendorf. Ia berpendapat bahwa semua perubahan merupakan hasil dari konflik kelas di masyarakat. Menurut pandangannya, prinsip dasar teori konflik sosial dan perubahan sosial, selalu melekat dalam struktur masyarakat. Menurut teori ini, konflik berasal dari pertentangan kelas masyarakat antara kelompok tertindas dengan kelompok penguasa, sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini berpedoman pada pemikiran Karl Marx yang menyebutkan bahwa konflik kelas sosial merupakan sumber yang paling penting dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial.

 

  1. c.         Teori fungsional (functional theory)

Teori fungsional berusaha melacak penyebab perubahan sosial sampai ketidakpuasan masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi memengaruhi mereka. Teori ini berhasil menjelaskan perubahan sosial yang tingkatnya moderat. Konsep kejutan budaya (cultural lag) dari William F. Ogburn berusaha menjelaskan perubahan sosial dalam kerangka fungsionalis ini, menurutnya meskipun unsur-unsur masyarakat saling berhubungan satu sama lain, beberapa unsur lainnya tidak secepat itu, sehingga tertinggal di belakang. Ketinggalan itu menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial dan budaya antara unsur-unsur yang berubah sangat cepat dan unsur-unsur yang berubah sangat lambat. Kesenjangan itu akan menyebabkan adanya kejutan dan budaya pada masyarakat. Ogburn menyebutkan perubahan teknologi biasanya lebih cepat daripada perubahan budaya nonmaterial seperti kepercayaan bahwa perubahan teknologi seringkali menghasilkan kejutan budaya yang pada gilirannya akan memunculkan pola-pola perilaku yang baru, meskipun terjadi konflik dengan nilai-nilai tradisional.

 

  1. d.        Teori siklis (cyclical theory)

Teori ini mempunyai perspektif (sudut pandang) yang menarik dalam melihat perubahan sosial. Teori ini beranggapan bahwa perubahan sosial tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapa pun, bahkan orang-orang ahli sekalipun. Dalam setiap masyarakat terdapat siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini, kebangkitan dan kemunduran suatu peradaban (budaya) tidak dapat dielakkan, dan tidak selamanya perubahan sosial membawa dampak kebaikan. Oswald Spengler mengemukakan teorinya, bahwa setiap masyarakat berkembang melalui empat tahapan perkembangan seperti pertumbuhan manusia, yaitu masa kelahiran, kanak-kanak, remaja, dan dewasa.

Selama zaman pencerahan (renaissance) abad ke-18, tidak dapat dielakkan lagi peradaban barat mulai mengalami kemunduran menuju ke masa tua tidak ada yang dapat menghentikan proses ini. Seperti pada peradaban Babilonia, Mesir, Yunani, dan Romawi yang terus mengalami kemunduran yang hingga akhirnya runtuh. Mengenai perubahan sosial, Arnold Y. Toynbee mengemukakan teorinya yang terkenal dengan challenge and response atau tantangan dan tanggapan. Dia mengamati bahwa suatu masyarakat yang mampu merespon dan menyesuaikan diri dengan tantangan-tantangan yang ada, maka masyarakat itu akan bertahan dan berkembang. Sebaliknya, jika tidak mampu merespon tantangan yang ada, maka akan mengalami kemunduran dan akhirnya punah. Menurut Toynbee, jika suatu tantangan sudah dapat diatasi akan muncul tantangan baru lainnya yang harus dihadapi masyarakat dalam bentuk interaksi timbal balik dengan lingkungannya.

 

PENUTUP

Kesimpulan

  1. Perubahan sosial budaya adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam masyarakat pada kurun waktu tertentu yang berupa perubahan cara hidup maupun pola-pola kehidupan masyarakat.
  2. Proses perubahan sosial budaya dilakukan melalui :
  • Discovery atau penemuan
  • Invention
  • Difusi
  • Akulturasi
  • Asimilasi
  • Inovasi

Modernisasi

  1. Beberapa teori yang menjelaskan penyebab terjadinya perubahan sosial antara lain :
    1. Teori evolusi (evolutionary theory)
    2. Teori konflik (conflict theory)
    3. Teori fungsional (functional theory)
    4. Teori siklis (cyclical theory)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Soedjito. 1986. Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Industri. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana.

 

Soekanto, Soerjono. 1983. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial. Jakarta : Ghalia Indonesia.

 

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2140094-teori-teori-perubahan-dinamika-sosial/

diakses pada hari Rabu, 21 September 2011              pukul 22.15 WIB

 

 

http://raf1816phyboy.blogspot.com/2010/02/dinamika-sosial-budaya.html

diakses pada hari Rabu, 21 September 2011              pukul 22.13 WIB

 

 

 

 

 

Tinggalkan komentar